Kipas Angin Tua




Putaran kipasnya membawa angin sejuk. Melegakan seluruh tubuh dari hawa panas yang menyerang dan membuat gerah. Tidak perlu dibayangkan seberapa kencang putarannya. Tidak terlalu kencang. Itulah sebabnya saya tidak segan-segan mengarahkan kipas angin ke wajah saat tidur-tiduran di kasur. Biasanya, jika sudah begitu, tidak lama akan terdengar teriakan mama.

"Ditaaaa! Jangan langsung ke muka. Nanti masuk angin." Begitulah kira-kira.

"Nggak kenceng kok anginnya." Dan begitulah jawaban saya setiap kali mama menegur. Tetapi tetap saja saya menurut. Kipas angin akan saya serong sedikit. Sehingga anginnya tidak langsung menerpa wajah.

Berebut kipas angin ini dengan adik sudah menjadi hal lumrah setiap kali kami merasa gerah. Sebagai solusi, kipas angin ini kami letakkan di tengah-tengah. Arahnya pun lurus ke depan. Sehingga saya dan adik mendapat angin segar dengan sama rata. 

Entah kapan kipas angin ini lahir. Sejak lama sudah berdiam diri di pojok atas lemari di kamar saya. Saya pikir sudah rusak. Tetapi ketika papa mengambilnya dan mencoba menyalakannya, ternyata masih bisa berputar. Langsung saja saya boyong lagi ke kamar. 

Kipas angin berdiri terlalu besar. Bukan segar lagi yang terasa, justru bisa benar-benar membuat masuk angin. Itulah mengapa ketika melihat kipas angin tua ini ternyata masih berfungsi, mata saya langsung berbinar.

Untuk hitungan kipas angin tua, walaupun sudah tidak terlalu kencang, putarannya terbilang masih baik. Masih bisa berputar saja sudah syukur. Lihat saja bentuknya. Cukup antik bukan?

#CeritaDariKamar - Day 20 

Post a Comment

Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D