Prompt #53: Rasya yang Berisik

source

"Anne, cepat!" teriak Rasya di bawah jendela kamarku. Kami hanya akan pergi ke pasar malam. Bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tetapi antusiasmenya seperti hendak ke Disneyland saja.

Kuabaikan Rasya yang terus meneriakkan namaku, menyuruhku cepat, hingga aksinya melemparkan kerikil-kerikil kecil. Beberapa terantuk kaca jendela yang terbuka, beberapa mendarat di dalam kamarku. 

Aku lebih memilih menggunakan waktu untuk menyisir rambutku, kemudian mengikat seluruhnya ke belakang, daripada melongokkan kepala ke luar jendela dan menyuruhnya diam karena sebentar lagi aku akan turun menemuinya.

"Lama banget!" gerutunya saat aku sudah berdiri di hadapannya. 

Ia menggandeng tanganku dan kami berjalan beriringan.

"Nggak salah kamu pakai baju begitu ke pasar malam? Nggak dingin?" Rasya mengarahkan telunjuknya pada bajuku yang tak berlengan.

"Terus, itu! Masih saja pakai sepatu kesayanganmu itu! Kalau ternyata di sana becek, baru tahu rasa! Kenapa tidak pakai sepatu sepertiku saja? Atau sandal sekalian." Aku mengabaikan ocehannya sambil mengingat-ingat, tidak turun hujan sejak pasar malam itu beroperasi. Jadi, bagaimana bisa becek?

"Kamu mau main apa? Ah! Itu saja!" Kami baru melewati pintu masuk dan Rasya sudah meninggalkanku, menuju komidi putar, membeli tiket, naik, kemudian berlagak seperti joki handal.

"Kamu mau boneka? Aku bisa mengambilkannya untukmu," ujarnya kemudian saat melihat permainan melempar-lingkaran-masuk-melingkari-mulut-botol. Aku tidak merasa mengangguk, tetapi di situlah ia sekarang. Mencoba peruntungannya.

Entah sudah lembaran uang dua ribu yang keberapa, ketika akhirnya Rasya berhasil mendaratkan lingkarannya di mulut botol. Dengan senyum bangga dan kata-kata pujian untuk dirinya sendiri, ia menyodorkan teddy bear mungil, hadiah permainan itu, kepadaku.

"Mau main apalagi?" Aku tahu ini sebenarnya bukan pertanyaan, karena pastilah ia sudah punya pilihan sendiri.

"Itu saja!" ujarnya sambil menunjuk wahana kora-kora. Benar, kan?

"Tapi aku mau makan es krim dulu, ah! Kamu mau?" Ia sudah hendak berjalan menuju penjual es, tetapi aku berlari menyusulnya.

"Aku saja yang beli!" Ia menurut dan menuju loket, membeli tiket permainan kora-kora.

Sebuah ide melintas begitu saja di kepalaku. 

Rasya menerima es krim segera setelah kusodorkan. Ia bertanya mengapa aku hanya membeli satu, apakah aku tidak ingin juga, dan rentetan pertanyaan lain yang semuanya malas kujawab. Kutarik tangannya menuju petugas permainan kora-kora, menyerahkan tiket dan segera masuk ke wahana itu. 

Tentu saja Rasya merajuk karena ia belum memakan es krimnya. Takut belepotan, katanya. Ia semakin merepet protes saat aku memilih tempat duduk paling belakang.

Kora-kora berayun semakin lama semakin cepat. Saat aku menoleh ke arah Rasya, mulutnya sedang menganga lebar agar seluruh es krim di ujung cone-nya bisa masuk. Sepertinya ia ingin buru-buru menghabiskannya. Aku memalingkan wajah darinya saat desiran angin semakin keras menerpaku. Teriakan terdengar serempak dari seluruh orang yang naik wahana ini, kecuali aku. Ini tidak ada bedanya dengan ayunan di sekolahku saat TK. Biasa saja.

Aku kembali menoleh ke arah Rasya. Ia ternyata juga tidak berteriak. Satu tangannya memegang tenggorokan. Jari tangan yang lain masuk ke mulut seperti hendak merogoh sesuatu. Matanya melotot.

Aku hanya ingin membuat lidahnya tergores sedikit, kok. Tapi sepertinya silet yang tadi kupungut dan kususupkan dalam es krimnya malah tertelan, ya? Yah, sama sajalah. Yang penting, ia tidak lagi membuat bising di telingaku.

***

 
*500 kata, tidak termasuk judul dan catatan kaki.

Liebster Award 2014


Aku seringkali melihat link postingan Liebster Award seliweran di TL twitter. Tapi tidak menyangka bahwa blogku pun akhirnya juga mendapatkan, sekaligus 2 malah. Seneng? Iya dong. Tujuan Liebster Award kan untuk mempromosikan blog (followers di bawah 200) sekaligus agar saling mengenal sesama blogger. Mengingat followers blogku yang baru berjumlah 11, ini menjadi jalan yang baik untuk membuat blogku lebih dikenal. Terima kasih untuk Rizki Wulandari dan Fandhy Ahmad Romadhon yang sudah menominasikanku *jabat tangan kenceng*

Ini dia aturan main Liebster Award:
(1) Sampaikan terima kasih untuk orang yang telah menominasikan kamu dengan cara menautkan link hidup yang mengarah pada blog orang tersebut pada postingan Liebster Award kamu.
(2) Tampilkan banner Liebster Award dalam postingan.
(3) Sebutkan 11 fakta tentang diri kamu. 
(4) Jawab 11 pertanyaan yang diajukan untukmu.
(5) Nominasikan 5-11 blog yang pantas mendapatkannya (usahakan blog dengan jumlah followers kurang dari 200).
(6) Buat pertanyaan baru untuk blog yang kamu nominasikan.
(7) Cantumkan aturan main Liebster Award (boleh copas dari sini).
(8) Informasikan pada pemilik blog bahwa kamu menominasikannya dalam Liebster Award.

Aturan main sudah, berarti saatnya aku memberikan 11 fakta tentang diriku. Oke baiklah...
(1) Aku adalah seorang Arian yang lahir pada tanggal 2 April. Bagi yang ingin mengirim kado buku, bisa menghubungiku via twitter/email. *digetok*

(2) Suka banget sama kucing. Dan paling jijik sama kecoak, apalagi kecoak terbang. Hiii...

(3) Sering diomelin pacar karena baju yang dipakai itu-itu aja. Lah, gimana lagi! Kalau punya duit dikit, langsung beli buku. Selama bajunya belum sobek atau kekecilan, nggak masalah dong...

(4) Paling suka menghabiskan waktu untuk membaca buku, blogging, atau nonton film.

(5) Suka makan! Alhamdulillah aku punya badan yang susah gemuk. Jadi makan seberapa banyak pun nggak ada masalah, hehe. Suka banget sama seafood, nasi padang, makanan Jepang, terong balado, onion ring, kangkung tauco, sup jagung, dll *kemudian laper*

(6) Seorang introvert. Senang berada di tengah keramaian, selama tidak dikenali di situ, karena aku senang mengamati tingkah laku orang banyak. Dan sebaliknya, tidak suka berada di tengah keramaian orang-orang yang mengenaliku, misalnya kumpul keluarga besar, reuni, atau apapun. Lebih banyak basa-basi yang tentu saja tidak kukuasai.

(7) Sedang merintis usaha toko buku online yang menjual buku baru ataupun kolpri (koleksi pribadi) di twitter, namanya @GDbooks_ *promosi dikit*

(8) Lebih suka menuangkan ide/unek-unek/kegelisahan lewat tulisan dibanding lewat lisan. Menyisipkan ide/unek-unek/kegelisahan tersebut pada sebuah cerita fiksi itu seru! Lebih nyaman rasanya, daripada menuliskannya semacam diary.

(9) Seringkali dikira anak kecil (usia SMP-SMA) karena ukuran tubuh dan wajah yang kekanak-kanakan. Hahahaha berarti aku awet muda hahaha.

(10) Lulus D3 Hubungan Masyarakat di Universitas Diponegoro Semarang, Oktober 2013, dengan IPK 3.65. Ada yang mau kasih info lowongan kerja?

(11) Selalu menyimpan keinginan untuk bisa menerbitkan buku. Aamiin...

Aku akan menjawab pertanyaan yang diajukan Rizki terlebih dulu ya, ini dia:
(1) Mengapa kamu menjadi seorang blogger? 
Duh, kenapa ya? Awalnya iseng aja sih. Lama-kelamaan jadi semacam candu. 

(2) Apa kisah atau arti dibalik nama blog kamu?
didotanindita - Didot adalah nama panggilanku saat SMA (aku lupa gimana asalnya dipanggil gitu), sedangkan Anindita adalah nama depanku. Kalau disatuin, aku seneng aja bacanya. Nggak ada arti khusus.

(3) Sejak kapan kamu nge-blog?
Blog ini terbentuk pada 5 Agustus 2011. Tapi selama 2 tahun pertama, aku masih males-malesan bikin postingan. Juni 2013 baru aku mulai aktif nge-blog.

(4) Pertama kali nge-blog, kamu menulis tentang apa?
Hahaha. Jujur, aku bikin blog karena ikut-ikutan temen waktu itu (sekarang dia udah nonaktif dari dunia blog). Saat itu, lagi demamnya Raditya Dika. Jadilah tulisan-tulisan awalku bertema komedi yang lebih terkesan maksa daripada lucu, hahaha. Aku sengaja nggak menghapusnya. Biarlah jadi kenang-kenangan.

(5) Siapa blogger favorit kamu?
Putri Widi Saraswati - diksi yang dia mainkan dalam tulisannya seringkali bikin aku jatuh cinta. Apalagi dia juga suka memasukkan kritik sosial dalam cerita-cerita fiksinya. Tulisannya cerdas. Pengin baca juga? di sini

(6) Gambaran dirimu dalam 3 kata?
Introvert. Simpel. Pemikir.

(7) Apa yang kamu lakukan di waktu luang?
Baca buku, blogging (nulis cerita fiksi atau review buku atau apapun selain menulis diary), renang, nonton film.

(8) Tuliskan 2 hal yang paling sulit kamu lakukan di dunia ini?
Berbicara di depan umum dan melupakan hal-hal yang menyakitkan.  

(9) Siapa saja orang yang telah menginspirasi hidup kamu?
Mama. Beliau adalah inspirasi terbesarku. Kesabarannya dalam menghadapi masalah apapun, serta keikhlasannya membuatku bangga sekaligus heran, ternyata masih ada orang yang memiliki hati sebesar beliau. Selain itu, mama pinter masak. Semoga bakat dan keahliannya menular padaku. Aamiin.

(10) Apa saja 4-5 barang yang gak pernah kamu lupa bawa kemanapun kamu pergi?
Handphone, dompet, notes kecil, bolpoin, dan tisu.

(11) Tuliskan pencapaian yang ingin kamu capai di tahun 2014 ini?
Berhasil menyelesaikan naskah novel pertamaku dan bisa membuatnya tembus ke penerbit mayor. Mari bantu untuk mengamini. Aamiin...

Oke, sekarang aku akan menjawab pertanyaan dari Fandhy Ahmad Romadhon:
(1) Bagaimana pendapat kalian tentang blog saya ( My Blog ) ?
Desainnya simpel, enak dilihat dan dibaca. Tulisan-tulisanmu juga seru buat diikuti ^^ 

(2) Dalam waktu seminggu, berapa banyak postingan blog yang bisa kalian buat ?
Aku pernah ikutan proyek "Cerita dari Kamar" gagasan Bernard Batubara. Aturannya adalah membuat postingan mengenai barang-barang yang ada di kamar. Satu hari satu barang. Dan aku bisa mengikutinya sebulan penuh. Jadi dalam seminggu aku bisa mencapai 7 postingan. Itu yang paling banyak sepertinya. 

(3) Pilih mana, Syahrini atau Ashanty ? <~~ Pertanyaan ngaco -_-
eng... *mikir keras* *memutuskan abstain* 

(4) Selain ngeblog, apa hobi kalian ?
Baca buku, nulis, makan, renang, nonton film. 

(5) Apakah saya termasuk idola kalian ? Kalo tidak, siapakah idola kalian ? Haha pertanyaannya ngaco lagi.
Hahahaha. Kalau aku bilang kamu adalah idolaku, aku bakal dapet apa? Idolaku tentu saja mama. Hmmm... alasannya bisa dilihat di atas (pertanyaan nomor 9 dari Rizki). 

(6) Moment apakah yang pernah kalian dapet dari ngeblog ? Ya bisa tentang prestasi, ataupun moment yang lainnya. Terserah kalian.
Aku pernah beberapa kali menang dari kompetisi menulis di blog. Bukan soal hadiahnya, sebenarnya. Tetapi lebih ke kepuasan batin kalau ada yang mengapresiasi tulisanku, gitu. Dari blog juga aku banyak mengenal teman-teman baru sesama blogger. Yang pasti dengan nge-blog, aku mengasah kemampuan menulisku. 

(7) Punya cita-cita kan? Kalo punya, cita-cita kalian itu mau jadi apa ?
Punya dong! Jadi penulis buku bestseller dan owner toko buku besar sekelas atau bahkan lebih besar dari Gramedia. Aamiin... 

(8) Kalo suruh milih, hewan apa yang ingin kalian jadikan hewan peliharaan ? Godzilla ? Hmm Good Choice!
Hahaha ini nyuruh apa maksa? Aku pengin punya singa semacam Aslan di rumah. Bisa nggak? 

(9) Apa genre musik yang kalian suka ?
Aku nggak punya genre khusus buat musik. Entah kenapa, denger musik cuma saat adek lagi dengerin juga. Bahkan aku nggak menyimpan musik sama sekali di handphone, hehe. Aneh ya? 

(10) Adakah moment yang kamu sesali ? Kalo pun ada, moment apakah itu ?
Mengapa aku terlambat menekuni dunia tulis-menulis? Itulah yang aku sesali. Tapi aku tetap bersyukur. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan? 

(11) Suka baca buku? Kalo suka baca buku, jenis buku apa yang kalian suka ?
Iya, aku suka fiksi, tapi nggak menutup kemungkinan untuk suka non fiksi juga. Lebih suka genre misteri, thriller, sci-fi, romance tapi yang nggak terlalu mellow, komedi juga suka. Yaaah, aku termasuk pembaca segala, sih. 

Daaan... Nominasi Liebster Award dariku, adalah... Jeng! Jeng! *pasang musik tegang*
2. Dea
3. Diyar 
4. Indahfuri
5. Jiah Java 
6. Kaka Akin
8. Linda
11. Vanda Kemala

Ini pertanyaan untuk kalian yang blognya kunominasikan:
(1) Kamu lebih suka membuat postingan seperti apa di blog? (diary, fiksi, review, atau apa?)
(2) Punya blog, berarti suka menulis kan? Nah, punya keinginan untuk menerbitkan buku, nggak? Kalau iya, buku seperti apa?
(3) Pilih mana, punya banyak followers di blog atau di twitter? Mengapa?
(4) Suka baca buku? Kalau iya, ada budget khususkah untuk membeli buku? Kira-kira sebulan habis duit berapa untuk membeli buku?
(5) Lebih suka beli buku di toko buku online atau offline? Mengapa?
(6) Apa sih, yang bikin kamu sebel saat membaca suatu buku? (misal: ceritanya ternyata nggak sebagus promonya, atau apa?)
(7) Menyambung pertanyaan di atas, apa yang selanjutnya kamu lakukan pada buku tersebut? (misal: menjual kembali, memberikan pada orang lain, atau apa?)
(8) Siapa penulis Indonesia yang paling kamu suka? Mengapa?
(9) Kalau kamu diberi penawaran untuk wisata gratis di kawasan Asia, kamu memilih negara mana? Alasannya apa?
(10) Apa keinginan terbesar yang ingin kamu wujudkan?
(11) Sifat apakah yang ada di dirimu yang kamu anggap sebagai kekurangan? Bagaimana kamu mengatasinya?

*Maaf ya kalau ada pertanyaan yang menurut kalian susah. Aku pun mikir keras untuk memberikan pertanyaan apa, hehe.
*Selamat mengerjakan... eh, selamat membuat postingan Liebster Award dan selamat berbagi maksudnya ^^

Salam kenal :D

Review: Semusim, dan Semusim lagi


  

Judul : Semusim, dan Semusim lagi
Penulis : Andina Dwifatma
Editor : Hetih Rusli
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, April 2013
Tebal : 232 halaman
ISBN : 978-979-22-9510-8 




ABSURD!
Mungkin kata itu cukup untuk menilai seperti apa karakter "Aku" di novel ini. Ini unik, karena sepanjang cerita, "Aku" tidak menyebutkan nama dan kota tempat tinggalnya. Seolah itu adalah rahasia yang tidak ingin dibaginya.

"Aku" adalah seorang gadis berusia 17 tahun yang baru saja menyelesaikan SMA-nya. Ia sangat menyukai sejarah. Lebih tepatnya, ia selalu mempertanyakan bagaimana sebuah benda, peristiwa, atau apapun berasal. Oleh sebab itu, ia ingin melanjutkan kuliah di Jurusan Sejarah. 
Ada sesuatu tentang sejarah yang selalu menarik minatku. Ketika kecil, sering kali berkenalan dengan benda-benda, yang pertama kali kupikirkan adalah, siapa yang menemukan benda ini? Siapa yang pertama kali memberinya nama? (hal 10)
Tidak semua jenderal adalah pahlawan, dan tidak semua pemberontak adalah penjahat berbahaya. PSPB adalah alat penguasa untuk mendisiplinkan otak-otak muda kami sejak dini. (hal 12)
"Aku" hanya tinggal berdua dengan ibunya, seorang perempuan cantik yang berprofesi sebagai dokter bedah otak. Mereka tinggal serumah, tetapi tidak memiliki kedekatan selayaknya ibu dan anak. Keduanya seperti hidup di dunia yang berbeda, dengan pemikiran masing-masing. 

Datangnya surat dari ayahnya, yang mengundang "Aku" ke Kota S, merupakan awal cerita dari novel ini. Ketika melihat foto seorang pria yang sedang menggendong seorang anak perempuan ("Aku" meyakini itu adalah ayah dan dirinya, meski tidak ingat kapan foto itu diambil), ia tertarik pada rambut gondrong yang dimiliki pria dalam foto tersebut. Itulah salah satu alasan "Aku" akhirnya memutuskan datang.
Aku ingat pernah membaca bagaimana pada tahun 1970-an Indonesia merepresi para pria gondrong. Pangkobkamtib Jenderal Soemitro bahkan bicara di televisi pada 1 Oktober 1973 bahwa menurutnya rambut gondrong menyebabkan pemuda menjadi onverschillig alias tak acuh. (hal 24)
Konon pemerintah saat itu punya sebuah lembaga khusus yang menangani rambut gondrong, namanya Badan Koordinasi Pemberantasan Rambut Gondrong atau yang disingkat Bakorperagon, seolah-olah rambut gondrong itu wabah seperti pes atau disentri atau kemiskinan. (hal 25)

J.J. Henri, asisten ayahnya yang menjemputnya di bandara dan mengurus keperluannya selama di rumah peristirahatan ayahnya di Kecamatan G. "Aku" tinggal sendiri di sana selama menunggu ayahnya pulih dari sakit dan keluar dari rumah sakit. Oiya, "Aku" pun tidak ingin menyebut nama ayahnya. Ia menyebutnya dengan Joe.

Aku agak kecewa karena nama ayahku tidak sekeren yang kubayangkan. Aku tidak akan menuliskannya di sini, tetapi percayalah, nama itu tidak cocok untuk pedagang yang senang mengarang dan berambut panjang. Tapi karena aku tetap harus memberinya nama, kupilih Joe. Semua pria hebat dan keren di dunia ini bernama Joe. (hal 58)

Di tempat inilah cerita bergulir. "Aku" bertemu dengan Muara (anak dari J.J. Henri), Oma Jaya (tetangga rumah peristirahatan ayahnya), dan Sobron (ikan mas yang bisa berbicara). Seringnya Muara berkunjung ke rumah, membuat mereka sering bertemu, terlibat obrolan-obrolan cerdas, hingga saling jatuh cinta. Mereka terlibat hubungan diam-diam di belakang J.J. Henri dan kekasih Muara (Ya! Muara sudah mengatakan pada "Aku" bahwa ia memiliki kekasih tetapi "Aku" tidak menganggap itu suatu masalah).

Cerita selanjutnya penuh dengan kejutan yang sayang jika aku tulis di sini. Lebih baik kalian membacanya sendiri. Ending yang disajikan pun tidak bisa dibilang happy ending ataupun sad ending. Yang pasti tidak terduga! 

Mengingat novel ini adalah pemenang sayembara menulis novel Dewan Kesenian Jakarta 2012, aku menaruh harapan besar sebelum membacanya. Dan, aku terpuaskan! Bahkan ada ketidakikhlasan saat akhirnya harus menutup novel ini. Aku masih ingin membaca kisah "Aku" dengan segala pemikirannya. 

Berikut adalah quote dalam novel ini yang aku suka:

- Kurasa begitulah kehidupan. Kita tidak pernah benar-benar kehilangan sesuatu yang tidak pernah dimiliki, kecuali kalau kita membandingkan situasi dengan orang lain dan jadi merasa merana sendiri karenanya. (hal 20)
- Satu hal paling lucu tentang orang dewasa adalah kau bisa mengatakan hal paling konyol atau kebohongan paling musykil dan mereka tidak akan tertawa, bahkan memercayai apa yang kaukatakan, selama kau bicara dengan gaya teramat meyakinkan. (hal 42)
- Ada perbedaan mendasar antara hebat dan keren. Misalnya tempatkan pria hebat dan pria keren dalam satu ruangan dan minta mereka menjelaskan tentang teori Relativitas. Pria hebat akan bicara panjang lebar tentang ekuivalensi energi dan massa di mana e sama m kali c kuadrat, dan meski semua penjelasannya itu benar belaka, kau akan mengantuk dibuatnya. Pria keren akan menjelaskan hal yang sama karena ia tahu sama banyaknya dengan pria hebat, tetapi dengan penuh gaya. Ia akan bicara dengan caranya sendiri, dan kau akan memperhatikannya tanpa bisa mengalihkan mata. Kemudian ketika ia selesai, kau akan merasa ia baru bicara selama lima setengah menit meski sesungguhnya ia sudah bicara selama lima ratus dua puluh tahun. (hal 58-59)
- Kurasa itulah yang membedakan senja dengan 'semua hal di dunia ini'. Amatlah mudah berpisah dengan sesuatu yang kautahu akan kembali lagi keesokan harinya. Tetapi di dunia nyata, setiap hal yang kaulepaskan akan pergi darimu tanpa pernah kembali lagi. (hal 59)
- Seorang manusia tidak boleh protes dalam keadaan paling menyedihkan sekali pun, jika setidaknya satu dari sekian banyak keinginannya masih bisa terwujud. (hal 72)
- Aku selalu berpendapat ketika mendengar sebuah pesan, simaklah isi pesannya, bukan siapa yang menyampaikan. Itu akan membantu kita lebih objektif. Seperti membersihkan kacamata dari debu yang tidak perlu. (hal 99)
- Seperti anak anjing mengejar ekornya sendiri, manusia selalu berputar-putar, mencari jawaban dari berbagai pertanyaannya. Karena sibuk mencari di luar, ia tidak menyadari apa yang dicarinya sudah ada dalam diri sendiri. (hal 102)
- Atas nama demokrasi, pura-puranya setiap orang dapat bebas mengemukakan gagasan. Tapi, jika gagasanmu tak sesuai harapan orang, maka kau bersalah. (hal 187)
- Pernah kudengar, kewarasan adalah fiksi yang sempurna. (hal 197)
- Rasa iba dari orang lain adalah bahan bakar paling ampuh untuk membuatmu cepat mati. (hal 211)

Bagian-bagian yang ingin kusimpan sebagai catatan: 

- Murakami pernah bilang begini dalam novel Hear The Wind Sing: dua hal yang tidak seharusnya ada dalam cerita adalah kematian dan hubungan seks, sebab cepat atau lambat orang pasti mati, dan pria akan tidur dengan wanita. Tidak ada gunanya menulis sesuatu yang niscaya. (hal 93)
- Wittgenstein pernah berkata, alangkah baiknya jika setiap kita membeli buku, kita juga bisa sekalian membeli waktu untuk membacanya. (hal 137)
- A casual stroll through the lunatic asylum shows that faith doesn't prove anything. Friedrich Nietzsche. (hal 190)

Aku harus berterima kasih pada Andina Dwifatma, karena telah melahirkan novel Semusim, dan Semusim lagi. Banyak pelajaran yang bisa aku petik dari sana. Ia mampu mengalirkan kecerdasannya hingga bisa menyentuh orang lain yang membaca novel ini, termasuk aku.

Aku memberi novel Semusim, dan Semusim lagi 4 dari 5 bintang yang aku punya ^^

Untuk kalian peminat kisah absurd, aku rekomendasikan untuk membaca novel ini.

Review: Black Angel

http://www.stilettobook.com/index.php?page=buku&id=8


Judul Buku: Black Angel
Penulis : Indah Hanaco
Editor : Triani Retno A
Desain Cover : Teguh Santosa
Penerbit : Stiletto Book  
Cetakan : Pertama, Desember 2011
Tebal : 234 halaman
ISBN : 978-602-96026-8-5



Dibuka dengan kekesalan Avril karena harus menjemput sahabatnya, Naila, yang baru saja bertengkar dengan pacarnya, Enrico, di puncak. Saat perjalanan itulah ia melihat mobil papanya yang juga menuju Puncak, dan dibuat penasaran karenanya. Atas usul dari Naila, sebelum pulang ke Bogor, mereka menyempatkan diri untuk mampir ke villa keluarga Avril demi memuaskan rasa penasarannya. Dan ternyata, benar! Avril bukan hanya memperoleh kejutan akan keberadaan papanya di sana. Tetapi juga keadaan papanya dan siapa yang menemaninya di sana. Itulah awal yang mengubah kehidupan Avril selanjutnya. 

Hari itu telah menciptakan Avril yang baru. Ia seperti terlahir kembali menjadi pribadi yang sepenuhnya berbeda. Bukan perubahan dalam konteks positif tentu saja. Kekecewaan pada papanya perlahan memupuk dendam di dalam hatinya dan meruntuhkan kecintaannya pada papa yang selama ini dipujanya.

Mirza, kakak laki-laki Avril, meski tenang di permukaan, ternyata memiliki hati yang lebih rapuh dari Avril. Ia lari ke narkoba dan akhirnya meninggalkan Avril serta mamanya selamanya. Overdosis. 3 minggu kemudian, papa Avril menyusul.

Terpuruk oleh keadaan membuat Avril meninggalkan Naila, sahabat baiknya, karena tidak ingin sahabatnya itu terus diliputi rasa bersalah karena kemalangan yang bertubi-tubi dialaminya. 

Avril memilih jalan hidup yang mencengangkan. Ia selalu mencari hal-hal yang memacu adrenalin, yang semuanya berkaitan dengan hal-hal negatif yang cenderung akan merusak diri sendiri atau memalukan nama keluarga. Karena memang itulah yang dicarinya. Memicu adrenalin, karena dengan begitu ia merasa masih hidup, dan melakukan hal-hal melenceng karena ia ingin mencemarkan nama baik papanya, meskipun papanya sudah tiada.

Avril bertemu dengan Prue, seseorang yang ternyata memiliki kisah hidup yang sama mencengangkan dengannya. Mereka menjadi sahabat. Dengan Prue, Avril bisa menjadi diri sendiri tanpa topeng dan basa-basi. Suatu hari, Prue mengajak Avril menghadiri Pesta Kunci - suatu pesta yang sangat memacu adrenalin Avril dan memunculkan ide "pekerjaan" untuknya. Pada pesta inilah ia mengenal Lexi. Apakah mereka menjadi pasangan setelahnya?

Tidak berhenti sampai di situ. Kisah hidup Avril mengalami titik balik saat Prue secara tidak langsung mengenalkan Aidan pada Avril. Aidan mampu membuat Avril membuka diri dan bercerita panjang lebar dengannya. Ia juga yang membuat Avril berkeinginan untuk meninggalkan sisi gelapnya. Padahal mereka baru saja berkenalan beberapa hari saja. Tetapi keberadaan Laura, perempuan yang tergila-gila pada Aidan, sedikit menganggu hubungan mereka. Apakah hubungan Avril dan Aidan akan berhasil?

Review:

Bagian awal cenderung lambat. Tetapi tetap memancing penasaran, ke mana Mbak Indah Hanaco, penulisnya, akan membawa kisah Avril. Melewati Bab I, konflik demi konflik, kejutan demi kejutan membuatku susah melepaskan buku ini sampai akhirnya aku menutupnya dengan rasa puas. 

Penulisnya mampu meracik kata dengan ringan dan mengalir dalam mengemas isu transgender, maniak seks, homoseksual, pesta seks, dan pelacuran, jauuuuuh dari kata 'vulgar'. Bahkan tidak ada aktivitas seks yang diekspos berlebihan. Aku suka caranya bercerita. 

Penulis adalah perancang kisah. Itu artinya, penulis harus memikirkan bagaimana tokoh ini menjalani hidupnya, bagaimana ia bertemu dengan tokoh lainnya, dan sebagainya. Dan aku mengakui kemampuan Mbak Indah Hanaco sebagai penulis. Ia merancang kisah Avril tanpa terlihat seperti susunan kebetulan demi kebetulan. Begitu mengalir hingga aku seperti bisa melihat sendiri kehidupan Avril dalam kehidupan nyata. 

Novel ini banyak berisi ungkapan perasaan Avril yang penuh kebencian pada papanya dan pada kegilaannya menjalani hidup. Dialog-dialog yang ada di dalamnya juga berisi dan mencerminkan karakter tokoh. Dan aku paling suka saat Avril bersama Aidan, manisnyaaaa. 

Quote yang aku suka:

- Menangis adalah ketidaksopanan. Menangis menjadi tanda ketidakikhlasan menerima goresan pena Sang Pemilik Kehidupan. (hal 65)
- Pengalaman mengajarkan, untuk bertahan hidup kita harus membuang rasa takut dan malu. Itu melemahkan. (hal 96)
- Biasanya perempuan sangat sering merasa "terancam" dengan kehadiran perempuan lainnya, apalagi yang mempunyai kelebihan fisik. Tapi perempuan kerap tidak mau mengakui. (hal 116)
- Segala hal yang berbau "pertama" sudah tentu mampu menarik minat yang lebih besar. (hal 169)
- Kita hidup di hari ini, jadi pikirkanlah untuk hari ini dulu. Tidak perlu menebak-nebak apa yang belum pasti. Itu cuma membuatmu capek. (hal 229)

Kekurangan novel ini? Kurang tebal! Sehingga kisah tentang alasan keputusan Mirza dan papanya untuk mengakhiri hidup tidak begitu jelas (hanya menurut sudut pandang Avril). Tetapi mungkin penulisnya memiliki pertimbangan sendiri mengapa tidak mencantumkan perasaan mereka berdua saat mengambil keputusan tersebut, seperti misalnya: membiarkan itu menjadi misteri.

Aku jatuh cinta dengan Avril, Aidan, Prue, serta keseluruhan kisah dalam novel "Black Angel" dan memberinya 4 bintang dari 5 bintang yang aku punya ^^

Untuk kalian yang suka dengan cerita kelam namun juga manis, aku rekomendasikan untuk membacanya.

* Novel ini adalah salah satu hadiah kontes foto #PreWedRush. Terima kasih Stiletto Book ^^