Dasar Perempuan!

 
foto: koleksi pribadi



Pukul 07.00 WIB. Di sinilah kami sekarang. Sebuah kolam renang di tengah kota.

Aku dan Tania berenang sampai lelah. Kami pun bermain seluncuran, tidak mau kalah dengan anak-anak.

“Sayang, udahan yuk. Tuh liat mataharinya udah hampir di atas kita. Panas!” ujar Tania.

Aku menuruti permintaannya. Kami pun berpisah untuk membasuh diri masing-masing dan berganti pakaian.

“Kita jalan-jalan ke mall yuk, sayang,” ajakku. Hari ini weekend. Tidak ada salahnya bersenang-senang seharian.

“Apa? Ke mall? Aku mau pulang sekarang!”

“Lho? Bukannya kamu suka ke mall?”

“Nggak dengan rambut basah lepek begini ya!”

“Cuma karena itu?”

“Pulang!”

“Yaudah kita pulang.” Aku tidak pernah bisa menolak jika Tania sudah memiliki kemauan.

*** 

“Lho? Kamu mau kemana?” tanya Tania ketika aku hampir beranjak dari rumahnya.

“Pulang.”

“Katanya mau ke mall?”

“Katanya kamu minta pulang?”

“Maksudku kamu tungguin dulu. Aku mau pakai hair dryer sama make up, terus ganti baju juga. Baru deh kita ke mall.”

Aku melongo. Oh Tuhan! Mau berangkat ke mall saja banyak sekali ritualnya.

******************************************************************************************************************

*161 kata tidak termasuk judul

Prompt #39 : Sebutir Bakso

koleksi gambar: Rinrin Indrianie


Warung bakso di ujung jalan mengirimkan aroma yang memanggilku untuk datang. Sepertinya aku akan mengisi perut yang kosong ini di sana.

Dengan rasa lapar yang membuatku lemas, aku berjalan tertatih menuju warung bakso itu.

Aku duduk di dekat pintu masuk.  Memandang ke dalam dan tidak berani masuk.

Berulang kali liurku hampir menetes melihat orang-orang yang dengan lahapnya memakan bakso di mangkuk mereka.

Tiba-tiba aku melihat sebuah kesempatan. Seorang anak yang sedang berusaha menusuk baksonya dengan garpu justru membuat bakso itu meloncat jatuh ke lantai. Rejekiku.

Dengan sigap aku berlari menuju sebutir bakso yang teronggok di lantai.

“Hush! Hush! Kucing nakal!”

Kaget.  Aku langsung berlari keluar.

Rasanya sesak ketika melihat bakso yang baru aku gigit sedikit itu dimasukkan ke tempat sampah. 

Daripada dibuang, mending aku makan kan?

****************************************************************************

126 Kata 
Ditulis untuk MFF Prompt #39 - Bowls of Balls

Akulah Lelaki yang Berjalan Timpang

(image source: here)


Aku senang ia bersamaku saat ini. Aku jadi bisa memandanginya sesuka hati. Wajahnya yang cantik, kulitnya yang putih bersih, matanya yang indah, dan kakinya yang jenjang. Sungguh aku tidak ingin ia meninggalkan kamar ini.

“Aku mohon, lepaskan aku.” Suara lemahnya membuyarkan lamunanku. Ia sepertinya sudah lelah meronta, yang membuat bekas merah pada pergelangan tangan dan kakinya yang kuikat.

“Bagaimana jika aku tidak mau? Kau harus tahu, aku mencintaimu, Dwita. Aku ingin kau bersamaku selamanya.”

“Tapi aku tidak! Aku membencimu!”

“Aku tahu. Kau justru menikmati kesempatan untuk meledekku. Kau bilang aku punya kaki yang tidak sama panjang. Jalanku yang timpang kau tertawakan bersama teman-temanmu. Kau juga bilang bibirku lebar sehingga senyumku seperti setan. Iya kan?”

“Maafkan aku, Rido. Aku hanya bercanda.”

***

“Cinta biasanya tumbuh karena memiliki banyak kesamaan bukan? Sekarang kita sama, sayang. Kau seharusnya mencintaiku sekarang.” Kupandangi gadis pujaanku yang sekarang berkaki timpang dan berbibir lebar.

Gergaji dan gunting berlumuran darah yang tergeletak di samping tubuhnya menjadi saksi cintaku padanya. 

**********************************************************************************************************************
#FF161Kata

Review: 1000 Musim Mengejar Bintang





Judul : 1000 Musim Mengejar Bintang
Penulis : Charon
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kedua, April 2013
Halaman : 360 halaman
ISBN : 978-979-22-9488-0



 

Pada awal cerita, saya dibawa masuk ke dalam kehidupan sehari-hari Laura di sekolah. Dimulai dari perjalanannya setiap pagi untuk menuju sekolah hingga pertemuannya dengan seorang cowok yang satu sekolah dengannya. 

Cowok itu bernama Niko Fareli. Ia termasuk siswa populer di sekolah. Laura mulai menyukainya sejak ia tidak sengaja menabrak Niko ketika terburu-buru masuk ke kelas. Mata cokelat Niko dan keramahannya membuat hati Laura berdegup kencang.

Laura harus menelan kecewa karena Niko sudah memiliki kekasih yang juga satu sekolah dengan mereka, Erika. Erika dan Niko sudah saling mengenal sejak kecil. 

"Cinta  memang tidak sederhana. Kau tidak salah menyukainya. Hanya saja kau menyukai orang yang salah di waktu yang salah."


Tetapi hal itu tidak lantas membuat Laura membuang jauh-jauh perasaannya. Ia berusaha keras untuk masuk IPA agar dapat sekelas dengan Niko, sehingga paling tidak ia bisa berkenalan dan berteman dengannya.

"Pilih yang benar-benar kau inginkan dan jalani pilihanmu dengan sungguh-sungguh. Karena dengan begitu, kau telah belajar menjadi dewasa."

Usahanya berbuah hasil. Ia masuk di kelas yang sama dengan Niko. Tetapi ia masih saja belum berani berbicara padanya. Hingga suatu saat mereka sama-sama harus mengikuti ulangan susulan Fisika. 

Niko selesai lebih dulu. Ketika ia mengetahui gelagat putus asa dari Laura, ia pun memberikan kertas bertulisan 'jangan menyerah'. Kertas itu menjadi penyemangat Laura dalam mengerjakan soal ulangannya.

Niko memiliki hobi menggambar desain perhiasan. Hobi ini ditentang oleh orangtuanya, karena mereka ingin anaknya mengikuti jejak mereka menjadi dokter. Laura mengetahui hobi Niko itu dan mendukungnya. Hal itu yang membuat mereka akhirnya dekat. Tetapi kedekatan mereka membuat Erika cemburu.

Singkat cerita, Niko mengejar mimpinya untuk menjadi perancang perhiasan dan Laura menjadi seorang chef pasta. Tapi bagaimana kelanjutan cerita mereka dan konflik apa di dalamnya, lebih baik baca sendiri saja ya :D

Review

Profesi seorang chef pasta dan perancang perhiasan termasuk profesi yang jarang diangkat dalam sebuah novel. Sehingga novel ini memberikan warna baru dan juga pengetahuan tentang dua profesi tersebut. 

Konflik yang ada di novel ini juga kompleks. Saya pikir ceritanya hanya seputar cinta anak SMA yang manis. Ternyata masih ada konflik-konflik yang menjadikan cerita lebih memikat. Misalnya masalah keluarga Laura dan mamanya. Kemunculan Luki juga merupakan kejutan yang tidak terduga. 

Tapi ada yang agak mengganggu buat saya, yaitu banyaknya kata 'sedikit' untuk menggambarkan perasaan tokoh yang setengah-setengah. Misalnya: sedikit kaget, sedikit kasihan, sedikit bingung, sedikit lega, sedikit gugup, sedikit kecewa, sedikit kesal, sedikit cemburu, sedikit heran, sedikit terperanjat, dll. Mungkin ada baiknya dikurangi.

Dan istilah 'obat antisakit' kedengarannya aneh di telinga. Mungkin yang dimaksud oleh penulis adalah obat pereda rasa sakit kali ya :D

Oiya, ada satu adegan yang mengingatkan saya pada film Ratatouille, yaitu saat restoran tempat Laura bekerja kedatangan seseorang yang ternyata adalah kritikus makanan, kemudian keesokan harinya ia menulis komentar positifnya tentang restoran itu di majalah.

Overall, ceritanya menarik, aku suka. Novel ini mengajarkan agar kita tidak segan untuk menggapai apa yang menjadi mimpi kita. Karena sebuah kerja keras pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan. Dan mengerjakan sesuatu yang kita suka, akan menimbulkan kepuasan tersendiri walaupun pekerjaan tersebut sebenarnya berat.

Buku ini adalah hadiah dari Mbak Komang Ayu Kumaradewi karena aku udah bikin remake cerpennya yang berjudul Debur Ombak Selatan. Makasih mbak :D

Prompt #37: Peri Katarina

(sketsa Masya Ruhulessin)

"Lho, Peri Katarina sedang apa di sini?" Aku memergoki Katarina yang duduk sendirian di bawah pohon. Dari kejauhan, sudah dapat ku tangkap raut wajah sedihnya. 

Katarina tidak berusaha menghapus air matanya saat aku datang. Ia diam saja, membiarkanku duduk di sebelahnya.

"Kenapa menangis Peri Katarina?" 

"Dia tidak menyukaiku," jawabnya sendu. Kemudian ditangkupkannya kedua telapak tangannya di wajah.

"Siapa?" 

Bukannya menjawab pertanyaanku, Katarina justru beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkanku. Ku lihat sayap di punggungnya bergerak-gerak mengikuti tubuhnya yang semakin menjauh hingga akhirnya tidak terlihat lagi. Katarina masuk ke dalam kamar mungilnya.

***

Pagi ini aku kembali melihat Katarina sedang duduk sendirian di taman. Tetapi ada yang berbeda darinya. Wajahnya berseri-seri. Sepertinya ia sudah tidak sedih lagi. Aku pun mendekatinya.

"Selamat pagi Peri Katarina," sapaku.

"Selamat pagi." Bibirnya membentuk senyum yang menawan. Tetapi sebentar kemudian ia berdiri dan berkacak pinggang di hadapanku.

"Dokter ini bagaimana! Jangan panggil aku Peri Katarina lagi! Dokter tidak lihat ini?" Ia berputar di depanku.

"Panggil aku Katarina Si Kumbang!" ujarnya mantap.

Aku tersenyum dan mengangguk.

"Kemarin aku lihat dia bermain dengan kumbang di taman bunga. Jadi kuputuskan untuk menjadi kumbang saja lah dok." Keceriaan Katarina kembali ketika menjelaskan semua itu padaku. Aku meladeni ocehannya. Nanti saja aku cari kostum peri yang entah ia lepas di mana itu.

Surat untuk Stiletto Book


Dear Stilo,

Sebelum aku memulai isi suratku, ijinkan aku memperkenalkan diri dulu. Agar surat ini nggak seperti surat kaleng tanpa nama pengirim. Nah kenalin, namaku Anindita Hendra Puspitasari. Stilo bisa panggil aku Dita. Stilo mau tahu apalagi tentangku? Oh cukup nama aja ya? Oke baiklah...

Langsung saja deh. Stilo, budget yang terbatas membuatku harus membatasi diri sendiri untuk melakukan pembelian buku. Jadilah buku-buku yang akhirnya aku beli adalah benar-benar buku yang sudah aku tulis dalam list pembelian. Itupun dengan pertimbangan yang sangat panjang. Karena sebagaimana perempuan lainnya, akan bimbang ketika mendapati toko buku dengan koleksi buku-buku yang menggiurkan. Keinginan untuk berpindah hati terkadang sulit ditahan.

Dan stiletto merah nan seksi yang menjadi logo StilettoBook menjadi salah satu pilihan yang menggiurkan itu. Namun karena aku adalah Aries yang kuat pendirian, aku harus mempertahankan apa yang menjadi pilihan awal. Jadi aku penuhi dulu buku-buku yang menjadi listku. Mengapa aku cerita semua ini sama kamu? Karena aku merasa kamu harus tahu Stilo, aku belum membeli bukumu bukan karena nggak tertarik, tapi karena list pembelian belum sampai di kamu.

Belum lama ini aku lihat seorang teman yang memention akun twitter kamu, Stilo. Aku klik deh, dan aku kepoin sampai ke web-mu. Aku cari tahu segala hal tentangmu. Iya! Aku memang sedetail itu dalam mencari informasi, apalagi kamu sudah seperti gebetan sendiri. #eaa

Ternyata StilettoBook adalah penerbitan khusus perempuan. Buku-buku terbitan kamu selalu membahas tentang perempuan. Menarik! Perempuan memang memiliki kehidupan yang sangat bervariasi dan selalu menarik untuk dibahas. Aku juga perempuan dengan kehidupan yang menarik, Stilo mau bahas tentang aku? *digetok pake buku*
 
Aku suka menulis lho. Masih dalam tahap belajar dan terus latihan sih. Jadi belum ada keberanian membuat novelku sendiri. Sehingga beberapa ide tulisan ada yang berhenti di draft, ketika penentuan ending cerita; ada juga yang berhenti di outline. Karena setelah dibaca-baca lagi, aku merasa cerita yang aku tulis kurang kuat. Jadi belum ada keberanian untuk mengulik dan melanjutnya. Eh, malah curhat. Jadi intinya, kalau sudah selesai naskah kompletnya, aku punya keinginan untuk mencoba mengirim naskahku ke kamu, Stilo. Semoga kita berjodoh ya :D
 
Oiya, ini dia 3 buku yang sangat ingin aku miliki. Aku akan sangat berterimakasih sama kamu jika kamu memilihku untuk memenangkan kontes menulis surat ini. Karena itu artinya aku bisa segera memiliki buku-buku ini dan membacanya sampai habis. *kedip-kedip mata*
Setelahnya, aku akan membuat review-nya di blog ini.
 

 1. A Cup Of Tea Cinta Buta

Di antara 20 penulis di buku ini, 2 penulisnya aku kenal. Tidak benar-benar kenal sebenarnya, karena aku hanya mengenalnya di dunia maya (twitter), tapi aku ingin tahu tulisan-tulisan mereka yang ada di buku ini.
Apalagi cover bukunya unyu sekali. Tiga makluk kecil berkepala pelontos yang sepertinya terlibat cinta segitiga.





2. Dunia Trisa

Aku sudah memiliki buku karya Evi Sri Rezeki. Jadi akan lebih afdol jika aku memiliki karya Eva Sri Rahayu juga. Aku penasaran, apakah jika mereka kembar, mereka akan memiliki pemikiran yang sama? Karena dilihat dari kemampuan mereka yang sama-sama sudah melahirkan buku sendiri, itu artinya mereka memiliki hobi yang sama: menulis. 
Aku juga ingin tahu bagaimana sih kehidupan selebritis itu. Sepertinya Mbak Eva akan banyak menceritakannya dalam buku ini.


 3. Black Angel

Kalau yang ini, aku penasaran sama ceritanya. Aku sudah baca blurb-nya di web Stilo. Dan aku pengen baca kisah lengkapnya. Kisah tentang remaja yang kehidupannya tidak sepertinya tidak manis. Apalagi ada cerita tentang transgender. Pembahasan tentang itu selalu menarik minatku.
Cover hitamnya juga cukup misterius dan aku suka cover bergaya seperti itu :)





Akhirnya aku sampai di akhir surat ini. Padahal masih ingin bercerita lebih panjang, Stilo. Tetapi nanti kamu bosan :D

Semoga semakin hari kita saling mengenal dengan baik ya. Siapa tahu kita cocok untuk menjalin persahabatan. Jangan cinta ya, karena aku sudah punya pacar. #eh


Salam hangat penuh sayang,

Anindita Hendra Puspitasari
aninditahendra@yahoo.com