ID Card Tim Basket Sekolah

"Ditaaaaa! Ayo lari. Dribel bola kok sambil jalan!"

"Ditaaaaa! Passing saja! Passing bolanya! Jangan dibawa sendiri."

"Ditaaaaa! Perhatikan kaki! Jangan sampai double begitu dong!"

Ya begitulah teriakan demi teriakan dari guru olahraga sekaligus pelatih basket sekolah pada saya (saat SMK). Jika sudah begitu, pastilah saya buru-buru menurut. Atau kalau tidak, matanya akan semakin melotot dan teriakannya akan semakin kencang. Saya takut matanya lepas dan suaranya habis.

Latihan semakin keras diadakan oleh pelatih, seiring semakin dekatnya jadwal pertandingan antar SMA/SMK Salatiga.

Dan datanglah hari yang ditunggu-tunggu. Pengumuman nama-nama yang akan masuk dalam tim untuk pertandingan ini. 5 nama pemain inti sudah diumumkan. Tidak ada nama saya. Sempat terpikir tidak akan terpilih. Yasudahlah.Tapi ternyata, nama saya disebut juga oleh pelatih. Nama terakhir dari 5 orang pemain cadangan. Bangga? Pasti!

ini buktinya
Pemain cadangan? Siapa takut! 

Jadilah selama kurang lebih 5 hari pertandingan itu, saya datang ke lokasi dan bergabung dengan bangga bersama teman pemain yang lain. Melakukan pemanasan ringan dan juga briefing sebelum pertandingan dimulai. 

Kalian tahu, selama hampir keseluruhan pertandingan, saya hanya duduk di bangku cadangan. Memberi tepuk tangan dan semangat kepada teman-teman pemain inti yang sedang bermain. Padahal pernah sekali waktu orangtua dan adik saya datang. Berniat ingin menonton saya bertanding. Tapi apa daya, pelatih tega sekali. Saya bilang saja, "Belum waktunya".

Akhirnya pada pertandingan terakhir dan menit-menit akhir tim kami (yang kesemuanya kalah atau satu kali menang ya, entahlah saya lupa), pelatih menyuruh saya masuk ke lapangan. Menggantikan pemain inti yang sudah terlihat kelelahan.

Dengan tubuh yang masih segar bugar, saya berlari masuk ke lapangan. Terlalu semangat sepertinya. Sampai-sampai mata ini tidak awas. Tidak memperhatikan kiri dan kanan. Jadilah saya menabrak pemain lawan yang badannya jauh lebih besar daripada saya. Ia jatuh terjerembab. 

Tidak banyak yang saya lakukan. Jangankan menciptakan angka. Bahkan berlari pun saya rasa sedikit sekali. Memegang bola? Jangan ditanya. Sangat jarang. 

Konyol ya? Tapi di situlah asiknya. Mengingat kekonyolan masa lalu seringkali mengundang tawa. Daripada hanya mengenang kisah sedih yang terus saja menyisakan duka.

#CeritaDariKamar - Day 22

Post a Comment

Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D