Dompet Pulsa

Drrrttt... Drrttt...

Ponsel saya bergetar. Pertanda ada sebuah pesan yang masuk. Segera saya raih ponsel yang ada di meja sebelah tempat tidur saya.

"Dit, beli pulsa 10 ribu di nomorku ya." 

"Tolong isiin pulsa 5 ribu di nomor ini ya Dit. Duitnya besok."

"Dita, aku tadi nggak jadi ke kampus. Duit pulsanya besok ya."

Ya kira-kira pesan-pesan sejenis seperti itulah yang datang silih berganti setiap harinya. Membuat ponsel selalu ramai dengan pesan yang masuk. Sebagai mahasiswa yang memiliki sambilan berjualan pulsa, tentu saya senang saja. Karena itu artinya, nama saya sudah dikenal teman-teman. Sehingga banyak yang mengandalkan saya untuk mengisi pulsa mereka.

Dan lebih menyenangkan lagi (bagi mereka), pulsa saya bisa dihutang. Mereka hanya tinggal mengirimkan pesan pada saya, maka nomornya akan dengan segera terisi pulsa. Jangan tanya soal kesigapan. Saya sangat menjaga hal itu. Jadi jangan kaget jika ponsel selalu berada tak jauh dari saya. Ini soal pelayanan. Menurut saya itu penting untuk menjaga kepercayaan pelanggan.

Masalah pembayaran urusan belakangan. Mayoritas pelanggan adalah teman-teman satu kelas di kampus. Tak sulit bertemu mereka. Tapi juga tak mudah mendapatkan pembayaran saat sudah bertemu mereka. Terkadang ada beberapa yang lantas menghindar bertemu dengan saya. Hahaha tapi tentu saja itu tidak semua.

Tidak perlu berteriak lantang untuk menagih uang pembayaran pulsa. Cukup dengan kata sakti: nama mereka! Sekali panggil, mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan. 

"Ngeri ni kalau Dita udah manggil nama." Sampai pernah ada yang nyeletuk begitu. Geli mendengarnya. Saya hanya senyum-senyum menanggapinya. Tidak tersinggung sama sekali.

Satu lagi, dengan mengeluarkan sebuah wadah uang berbentuk persegi panjang. Saya menyebutnya dompet pulsa. 


Hanya dengan membawa dompet ini berkeliling dan memanggil nama mereka yang berada di list tagihan, mereka sudah mengerti apa maksud saya. Dan untuk mereka yang bebal, sehari sebelumnya pasti sudah saya kirimkan pesan tagihan. Mengingatkan agar esok tak lupa membayar.

Tetapi sekarang, bisnis ini mengendur. Predikat 'mahasiswa tingkat akhir' yang melekat pada saya dan juga teman-teman menjadikan pertemuan rutin itu tidak ada lagi. Hanya sesekali bertemu mereka di kampus ketika sedang ada keperluan dengan dosen untuk bimbingan Tugas Akhir.

Adakah yang mempunyai profesi yang sama dengan saya dan masih sekolah? Satu pesan saya, bersikaplah sedikit tega saat menagih uang pembayaran! Agar bisnis tetap berjalan lancar. Ingat, sedikit saja. Karena jika terlalu tega juga pelanggan akan meninggalkan kalian. 

Tetap semangat berbisnis kawan!

#CeritaDariKamar - Day 21

Post a Comment

Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D