polyvore.com |
Aku resmi menganggap Michael sahabat baikku sejak pertemuan itu. Michael menyelamatkanku dari pria berwajah seram yang menjualku serta teman-temanku. Ya! Michael membeliku. Sepertinya ia tertarik pada lekuk tubuhku yang kurasa cukup mempesona.
Semenjak itulah aku sangat menyayangi Michael. Kuharap teman-temanku juga akan mendapatkan nasib baik sepertiku – diberi tempat yang sangat nyaman dan sangat hangat. Oke! Aku tidak bisa meninggalkan kata ‘sangat’. Karena memang begitu adanya. Michael selalu memberikan segala sesuatu yang bagus untukku. Ia senantiasa memastikan aku baik-baik saja.
Aku sangat mengenal Michael. Bagaimana tidak, jika aku selalu mendengar segala keluh kesahnya, bahkan ekspresi kegembiraannya. Karena aku tinggal bersamanya.
Michael memiliki seorang kekasih, namanya Amelia. Aku akui Amelia sangat cantik dan seksi. Ada tato kupu-kupu di atas mata kaki sebelah kanan. Aku pernah melihatnya. Tentu saja hanya melalui foto-fotonya. Aku tak pernah melihatnya secara langsung.
Michael menyembunyikanku dari Amelia. Karena ia sangat mencintai perempuan itu. Ia tak ingin Amelia khawatir dan akhirnya menjauhkannya dariku. Tak jadi masalah disembunyikan seperti ini. Toh demi kebaikanku juga.
Aku melihat malam ini Michael berdandan rapi dan wangi. Walaupun sehari-harinya Michael memang selalu begitu, tetapi sepertinya malam ini berbeda. Seperti ada sesuatu yang spesial. Sejenak ia duduk di tepi tempat tidur, mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dari sakunya kemudian membukanya. Tampak sesuatu berkilau. Sepertinya itu cincin.
Michael melangkah dengan mantap keluar dari pintu apartemennya. Meninggalkan aku yang masih termangu. Akankah ia menemui Amelia dan memberikan cincin itu padanya? Aku tak tahu. Michael belum mengatakannya.
Satu jam... dua jam... Michael belum juga kembali.
Setelah 3 jam berlalu, aku mendengar langkah yang terseok-seok masuk ke apartemen Michael. Ternyata itu memang dia. Ada apa dengan penampilannya? Ia tak serapi tadi. Bahkan wangi parfumnya berganti dengan bau alkohol yang menyengat. Apa yang terjadi?
“Amelia... Mengapa kamu tidak mau menikah denganku? Hanya karena lelaki yang lebih kaya itu? Cuih! Umurnya saja sudah hampir setengah abad Mel. Hahaha dasar perempuan matre!” seru Michael meracau. Tawanya terdengar getir.
Sebentar kemudian suatu hal yang belum pernah aku lihat sebelumnya, suatu hal yang tidak terpikirkan olehku akan dilakukan olehnya, kini terlihat olehku. Ia menangis.
“Kita sudah lama bersama. Aku mencintaimu Mel. Aku bahkan sudah menabung untuk membeli rumah. Untuk KITA! Mengapa kamu malah memutuskan hubungan di saat aku hendak melamarmu? Lalu untuk apa cincin ini?” Michael mengangkat kotak merah berisi cincin itu di depan matanya, lalu melemparkannya ke sudut ruangan. Ia menenggelamkan matanya yang basah dengan kedua tangan.
Michael menghampiriku. Menyertakanku dalam kebimbangan hatinya. Tetapi kemudian melemparkanku ke atas tempat tidur. Kenapa dia?
Aku hanya bisa diam. Michael juga diam. Sampai subuh, ia hanya menatapku lekat-lekat.
Sampai akhirnya ia menghampiriku lagi, mendekatkanku pada kepalanya. Dan melesatlah bagian diriku, menembus kepalanya, ketika ia menarik pelatukku. Tak kudengar lagi deru nafasnya. Selamat tinggal Michael...
***
Seperti inikah cinta? Mencari jalan keluar tercepat karena tak dapat lagi memiliki cinta. Bukankah Michael bisa mendapatkan cinta yang lain dan merangkai hubungan yang lebih indah. Bukan menyerah pada hari ini. Pada cara ini.
Aku berharap ini adalah cinta pertama dan terakhirku. Hanya untuk Michael. Aku tak ingin lagi ada orang yang meninggalkan segalanya dan memilihku sebagai jalan untuk pergi selamanya. Apalagi dengan alasan: CINTA.
Aku rela jika harus terkubur dalam-dalam dan tak ditemukan. Atau aku rela bersama pria berwajah seram yang dulu menjualku. Dan di sana – di antara teman-temanku – aku akan berdoa untuk tidak ditemukan oleh orang sebaik Michael. Yang akhirnya aku tahu bahwa ia sangat rapuh.