(Calon) Pencatat Ide



Kalau melihat earphone, apa yang ada di benak kalian tentang saya?

Seseorang yang hobi mendengarkan lagukah? Atau seseorang yang senang bertelepon-telepon riakah? Atau seseorang yang kalau nonton sesuatu di laptop diam-diam agar suara yang keluar tidak terdengar orang lain, makanya menggunakan earphone? 

Hahahaha kalau kalian berpikiran seperti itu berarti kalian salah.

Saya tidak terlalu suka mendengarkan lagu. Bahkan tidak jarang saya ketinggalan update lagu-lagu terbaru. 

Untuk hal telpon-telponan? Hanya ada satu orang yang sering masuk list daftar panggilan saya. Ya! Dia adalah pacar saya sendiri. Tetapi karena pacar saya ini tipe orang yang cuek dan susah ditebak, dia hanya akan menelpon ketika ada sesuatu yang penting yang harus disampaikan, atau hanya sekedar iseng dan menyampaikan kekonyolan yang seringkali justru membuat saya kesal (yaaah kenapa jadi curhat). Intinya, telpon dari dia hanya sebentar-sebentar. Jadi tidak perlu menggunakan earphone. 

Eh kalau soal nonton diam-diam di laptop, nggak usah dibahas deh ya. Kalian cukup percaya saja saya bukan orang yang seperti itu hahaha. Apa pula yang akan ditonton diam-diam?

Ketahuilah, saya ini adalah anak motor. Bukan! Bukan geng motor. Apalagi yang anarkis. Lebih tepatnya saya ini kemana-mana mengendarai motor. Ke kampus, pulang kampus, ke fotokopian, ke perpustakaan universitas (sengaja yang disebutin tempat-tempat itu biar kesannya mahasiswa rajin).

Nah! Karena sebagian waktu saya ada di atas motor (perjalanan rumah-kampus saja 45 menit sendiri), nggak jarang ide-ide tulisan itu muncul saat saya sedang mengendarai motor. Ingat cerita saya sebelumnya kalau ingatan saya ini pendek sekali? Ya! Bisa ditebak ide itu langsung menguap selama perjalanan. Dan ketika sampai di tujuan, sangat sedikit ide yang masih menempel dan bisa dituangkan dalam buku agenda. 

Sebenarnya bisa saja menepi setiap ide itu muncul. Tapi sepertinya hal itu akan merepotkan. Bagaimana jika sepanjang jalan ada puluhan ide yang muncul, saya jadi puluhan kali pula menepi. Perjalanan 45 menit bisa menjadi dua kali lipat.

Kemudian ide brilian akhirnya muncul begitu saja. Yaitu menggunakan earphone yang lama menganggur di rumah itu sebagai pencatat ide di jalan. Menurut saya itu brilian. Atau biasa saja ya?

Jadi ceritanya, saya sudah menguji coba earphone itu untuk merekam suara saya. Dan hasilnya, jernih. Maka mulailah praktek lapangan.

Earphone saya pakai saat perjalanan pulang dari kampus. Bagian microphone saya dekatkan ke mulut. Sepanjang jalan, saat ada ide yang melintas di kepala, tombol perekam di earphone itu saya tekan untuk mengaktifkannya. Saat itulah saya akan menceritakan ide itu secara lisan agar terekam melalui earphone yang tersambung di ponsel saya. Dan nanti akan saya dengarkan di rumah untuk saya salin di buku agenda. Jadi saya tidak lagi perlu menepi.

Tapi rencana tetaplah rencana. Dan praktek uji coba ini gagal total. Sampai di rumah, tidak ada sedikitpun suara yang terekam. Entah karena menekan tombolnya kurang keras atau justru terlalu banyak ditekan, sehinga program penyimpan rekamannya menjadi error. Yang pasti tidak ada satu pun kata yang tersimpan. 

Namanya juga uji coba. Trial and error. Berani coba-coba itu baik.
Kalau tidak dicoba, siapa yang tahu bisa berhasil atau tidak?
Dan kalau tidak dicoba, siapa yang tahu ada kesempatan atau tidak di sana?

#CeritaDariKamar - Day 6

Post a Comment

Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D