Source : here |
Bukti-bukti yang dikumpulkan mengarah pada satu orang. Ya! Dia yang dengan cerobohnya meninggalkan rumah setelah menghidangkan teh untuk korban.
“Siapa lagi kalau bukan kau, istri dari korban. Nyonya Claudia.” Detektif menunjuk seseorang dengan mantap. Seseorang yang ia yakini sebagai pelaku pembunuhan.
“Kau tidak bisa menuduhku seperti itu! Bukankah aku tidak berada di tempat meninggalnya suamiku saat itu. Sungguh tega jika kau menuduhku. Aku mencintainya, ia suamiku. Bagaimana bisa aku tega membuatnya meninggal?” Claudia menyembunyikan tangisnya dengan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
“Justru alibimu, bahwa kau sedang pergi membeli gula di supermarket saat waktu perkiraan suamimu meninggal, justru semakin menyudutkanmu, nyonya. Untuk apa kau membeli gula saat teh manis sudah kau hidangkan? Bukankah jika gula memang habis setelah teh dihidangkan, kau bisa membelinya lain waktu? Karena sudah seharusnya seorang istri menemani suaminya yang lelah sepulang bekerja, seperti yang biasa kau lakukan setiap harinya. Bukan begitu?”
***
“Ah, membosankan! Selalu saja pelaku diketahui karena kecerobohannya.“ Dion menutup bukunya dengan kesal. Sudah tidak berminat membaca kisah di buku itu hingga habis.
Dion menggerutu lagi, “tak bisakah penulis membuat kasus yang lebih rumit dan susah dipecahkan? Aku bahkan sudah bisa menebak siapa pelakunya sejak awal.”
4 komentar
novel yang asik. kalo detektivnya mencari Tuhan.
Replyhahaha maksudnya mencari Tuhan gimana ya?
Replyrada kurang greget endingnya nih. nanggung
Replytapi bagus sih. aku juga pecinta novel detektif
salam kenal
kalau berkenan, main ke blog ku juga ya
ah kurang greget ya? makasih buat komentarnya. lain kali biar bisa bikin cerita yg lebih bagus lagi hehe.
Replysiap! nanti gantian main ke sana deh.
Post a Comment
Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D