[FF250Kata] Mengisi Ruang Penuh Mimpi

(image source: here)


Toples-toples kosong di ujung ruangan dipandangi Seno dengan hati nelangsa. Sudah lama ia tidak menambah koleksinya. Itu karena semakin banyak penghuni kompleks perumahan tempatnya tinggal yang hanyut dalam tidur lelapnya. Tanpa sempat bermimpi macam-macam. 

Seno beralih ke ujung ruangan lainnya, di mana jajaran toples berisi mimpi tertata rapi. Ia pandangi satu per satu. Menikmati adegan-adegan yang membentuk sebuah kisah. Ada yang berdurasi panjang, ada yang hanya beberapa menit saja. Ada yang berbunga-bunga bahagia, ada yang menyeramkan hingga membuatnya bergidik. 

Nanti malam aku berburu lagi, batinnya berencana.

Lewat tengah malam, Seno menelan pil yang membuatnya tak kasat mata selama berjam-jam. Ia berkeliling kompleks. Memasuki rumah demi rumah melalui celah mana saja yang terbuka. Membawa kantong-kantong plastik kosong.

Matanya berbinar ketika mendapati seorang pria tua yang tertidur seorang diri dengan TV masih menyala. Sebuah gelembung di atas tubuh pria tua itu menampilkan mimpinya bersama istrinya yang telah lama meninggal. Mereka sedang berpiknik di pinggir danau dikelilingi anak-anak kecil yang berlarian. Sekali lompat, Seno dapat meraup gelembung itu, kemudian mendesaknya dalam kantong plastik.

Malam itu ia hanya mendapat satu mimpi. Kecewa, sudah pasti. Ia kembali ke rumah dan segera memasukkan mimpi yang baru didapatnya dalam toples kosong. Dilihatnya kembali mimpi si pria tua. Mengembanglah senyumnya memandangi hangatnya keluarga.

Keesokan paginya, kompleks perumahan gempar. Seorang pria tua ditemukan meninggal dalam tidurnya. Ia dimakamkan tanpa sanak keluarga. Anak-anaknya entah di mana.

“Maafkan aku, Kek. Rupanya ini adalah hal terindahmu yang terakhir.” Di depan nisan si pria tua, Seno meletakkan toples berisi mimpi yang semalam dicurinya. 

***
*250 kata, belum termasuk judul 
*ditulis untuk project FF250Kata
 Silakan jalan-jalan ke tulisan teman-teman yang lain ...
 Coach Ariga Sanjaya - Sehari Lebih Dulu
 Ajen Angelina - Laki-Laki yang Menjolok Rembulan
 Chocovanilla -  Lewat Tengah Malam
 Junior Ranger - Menunggu Kepulangan Ayah
 Maya Indah - Cinta Nan Absurd
 Rifki Jampang - Purnama di Atas Laguna
 Rinrin Indrianie - Pesta Kembang Api

16 komentar

Semacam sequel dari cerita surealis Seno yg mencintai malam (suka pake nama seno yak?). Aku ngga meragukan kemampuan surealismu ditaa. Kamu berbakat di genre ini. Lanjut ;)

Reply

Lagi suka pake nama Seno nih, Jun, hehe...
Sebenernya bukan sequel juga sih. Ceritanya nggak ada hubungannya sama yang kemaren kok.
Aamiin. Makasih yaaa. Harus terus belajar biar makin jago :D

Reply

Seno, jangan pernah kau curi mimpiku, ya!

Kereen, Dit. Aku selalu suka sureal-mu ^_^

Reply

kasihan... kalau semua mimpi orang dicuri... nanti tidurnya nggak berwarna.

*eh, emang ada mimpi yang berwarna yah? bukannya cuma hitam putih*

Reply

Eh emang iya, ya, Bang J?
Aku malah baru tahu. *dibahas

Reply

Selalu kagum nih sama tulisannya mbak anin :) *Lanjut baca*

Reply

aaaak makasih.
*suguhin kopi biar makin enak bacanya*

Reply

Aku br mau nanya, kenapa suka pake nama Seno, eh udah ditanyain Jun duluan hihihihi. Selalu suka sama surealmu, Dit ;)

Reply

Berarti kalo ditanyain lagi, aku jawabnya: idem sama yang di atas. *dijitak
Ah makasih, Mbak Orin :*

Reply

Keren! :)

Reply

Kasian kakeknya..... :(
Emang bakat nih Dita bikin sureal :D

Reply

iya, kasian ya. :(
hehe makasih, Kak May :*

Reply

Post a Comment

Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D