Prompt #72: Baju Warna Kulit

(image source: here)

"Baju senam warna kulit, di mana kau?" Ku bongkar isi lemariku. Pink, biru muda, tosca, ungu. Siapa yang meracuni lemariku dengan warna sebanyak itu? Aku tidak suka! Ku lempar semua ke luar. Bertebaran di lantai kamar.

Aku ingat pernah membeli banyak baju warna kulit. Tapi mengapa sekarang tak kutemukan satu pun. 

"Berantakan sekali, Dek. Cari apa?" 

Aku berlari ke arah Kak Fano di ambang pintu. "Di mana baju warna kulitku? Pasti Kakak, kan, yang menyembunyikan? Kembalikan!"

"Kau selalu menggila setiap kali memakainya. Kakak buang semuanya." Kak Fano memunguti baju-baju di lantai. "Cobalah pakai ini, atau ini, atau yang ini. Semua baru. Kakak yang pilih. Pasti kamu cantik memakainya."

"Tidak, Kak! Tidaaaak! Tidaaaak!" Aku menggumamkan kata itu terus dan terus. Kugelengkan kepalaku kuat-kuat. Tak berhenti. Hei, ternyata ada sensasi menyenangkan saat melakukannya. Kupejamkan mata dan terus menggerakkan kepala. Otakku bisa kocak, tidak, ya? Barang kali ingatanku juga bisa lebur. Geleng semakin keras, semakin keras.

Tiba-tiba Kak Fano memegang kepalaku dengan kedua tangannya. Menghentikan gerakku. Memaksa mataku fokus padanya. 

"Oke. Oke. Kakak kembalikan. Tapi kau harus janji, tidak menggila setelah memakainya."

"Jadi benar tak kau buang?"

"Tidak. Cepat berjanjilah!"

"Janji!" 

Barusan aku berjanji apa? Oh, tidak menggila. Kakak ini bisa saja. Kapan aku pernah menggila? Aku hanya mengekspresikan isi hati dan isi kepala. Sudahlah, tak perlu menjelaskannya. Yang penting, baju warna kulitku kembali.

***

Baju warna kulit akan mempertajam lekuk tubuhku yang indah ini. Oh tidak! Ada lipatan lemak di perutku. 

Aku melihat lebih dekat pantulanku di cermin. Meneliti tiap centi tubuhku. Benar! Lipatan di perut ini begitu kentara. 

Aku menari saja. Ia dulu senang melihatku menari. Ku putar musik dan bergerak tanpa henti. Melompat. Berputar, berputar, berputar. Seluruh tubuhku terasa ringan. Aku senang.

Tiba-tiba ingatan itu kembali hadir. Merusak perasaanku yang sedang senang. Amarahku memuncak. Air mataku meluncur turun. Kuputuskan kembali bergerak lebih keras agar ingatan itu hilang.

"Dek, makan dulu." Kak Fano sudah melangkah memasuki kamarku membawa nampan berisi makanan entah. Sejak kunci kamarku hilang, ia selalu muncul tiba-tiba. Menyebalkan.

"Aku tidak mau makan!"

"Harus!" Ia membimbingku duduk dan menyuapkan sesendok demi sesendok hingga nasi di piring tandas. Dipaksanya juga aku menghabiskan susu dalam gelas. 

Kak Fano akhirnya ke luar juga dari kamar. Membawa nampannya. Langsung saja aku berlari ke kamar mandi. Menunduk di atas kloset. Memasukkan telunjukku ke dalam mulut dan mendorongnya semakin ke dalam. Meluncurlah semua isi perutku. Nasi, susu, dan segala macam. 

"SIA!" Teriakan Kak Fano mengagetkanku. Tubuhku limbung. Aku jatuh terjerembab di lantai kamar mandi.

"Aku tidak ingin gemuk. Aku tidak ingin gemuk. Semua makanan tadi membuatku gemuk." Kugelengkan kepala untuk mempertegas ucapanku.

"Gemuk? Lihat!" Kak Fano mengangkat kedua tanganku ke depan mataku. "Badanmu sudah seperti tulang berbalut kulit! Sadarlah! Beratmu sudah menurun drastis!"

"Ferdian bilang aku gemuk. Lipatan di perut ini. Lihat, Kak!" Ku cubit perutku. Sulit.

"Laki-laki itu lagi! Akan ku bunuh dia karena membuatmu seperti ini!" Sorot mata Kak Fano menajam.

"Bunuh? Lalu perempuan penari yang lebih luwes, lebih langsing, lebih cantik, lebih seksi, lebih..."

"DIAM! Ya! Dia akan ku bunuh juga!"

***
*499 kata, belum termasuk judul.

4 komentar

aaaa keren bgt mbaa!! aku kira tadi adiknya itu autis dr lahir, trnyt krn pacarnya yg jahat itu ya:((

Reply

iya, pacarnya jahat, nih.
makasih dek udah mampir baca :)

Reply

Post a Comment

Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D