Judul Buku: Black Angel
Penulis : Indah Hanaco
Editor : Triani Retno A
Desain Cover : Teguh Santosa
Penerbit : Stiletto Book
Cetakan : Pertama, Desember 2011
Tebal : 234 halaman
ISBN : 978-602-96026-8-5
Dibuka dengan kekesalan Avril karena harus menjemput sahabatnya, Naila, yang baru saja bertengkar dengan pacarnya, Enrico, di puncak. Saat perjalanan itulah ia melihat mobil papanya yang juga menuju Puncak, dan dibuat penasaran karenanya. Atas usul dari Naila, sebelum pulang ke Bogor, mereka menyempatkan diri untuk mampir ke villa keluarga Avril demi memuaskan rasa penasarannya. Dan ternyata, benar! Avril bukan hanya memperoleh kejutan akan keberadaan papanya di sana. Tetapi juga keadaan papanya dan siapa yang menemaninya di sana. Itulah awal yang mengubah kehidupan Avril selanjutnya.
Hari itu telah menciptakan Avril yang baru. Ia seperti terlahir kembali menjadi pribadi yang sepenuhnya berbeda. Bukan perubahan dalam konteks positif tentu saja. Kekecewaan pada papanya perlahan memupuk dendam di dalam hatinya dan meruntuhkan kecintaannya pada papa yang selama ini dipujanya.
Mirza, kakak laki-laki Avril, meski tenang di permukaan, ternyata memiliki hati yang lebih rapuh dari Avril. Ia lari ke narkoba dan akhirnya meninggalkan Avril serta mamanya selamanya. Overdosis. 3 minggu kemudian, papa Avril menyusul.
Terpuruk oleh keadaan membuat Avril meninggalkan Naila, sahabat baiknya, karena tidak ingin sahabatnya itu terus diliputi rasa bersalah karena kemalangan yang bertubi-tubi dialaminya.
Avril memilih jalan hidup yang mencengangkan. Ia selalu mencari hal-hal yang memacu adrenalin, yang semuanya berkaitan dengan hal-hal negatif yang cenderung akan merusak diri sendiri atau memalukan nama keluarga. Karena memang itulah yang dicarinya. Memicu adrenalin, karena dengan begitu ia merasa masih hidup, dan melakukan hal-hal melenceng karena ia ingin mencemarkan nama baik papanya, meskipun papanya sudah tiada.
Avril bertemu dengan Prue, seseorang yang ternyata memiliki kisah hidup yang sama mencengangkan dengannya. Mereka menjadi sahabat. Dengan Prue, Avril bisa menjadi diri sendiri tanpa topeng dan basa-basi. Suatu hari, Prue mengajak Avril menghadiri Pesta Kunci - suatu pesta yang sangat memacu adrenalin Avril dan memunculkan ide "pekerjaan" untuknya. Pada pesta inilah ia mengenal Lexi. Apakah mereka menjadi pasangan setelahnya?
Tidak berhenti sampai di situ. Kisah hidup Avril mengalami titik balik saat Prue secara tidak langsung mengenalkan Aidan pada Avril. Aidan mampu membuat Avril membuka diri dan bercerita panjang lebar dengannya. Ia juga yang membuat Avril berkeinginan untuk meninggalkan sisi gelapnya. Padahal mereka baru saja berkenalan beberapa hari saja. Tetapi keberadaan Laura, perempuan yang tergila-gila pada Aidan, sedikit menganggu hubungan mereka. Apakah hubungan Avril dan Aidan akan berhasil?
Review:
Bagian awal cenderung lambat. Tetapi tetap memancing penasaran, ke mana Mbak Indah Hanaco, penulisnya, akan membawa kisah Avril. Melewati Bab I, konflik demi konflik, kejutan demi kejutan membuatku susah melepaskan buku ini sampai akhirnya aku menutupnya dengan rasa puas.
Penulisnya mampu meracik kata dengan ringan dan mengalir dalam mengemas isu transgender, maniak seks, homoseksual, pesta seks, dan pelacuran, jauuuuuh dari kata 'vulgar'. Bahkan tidak ada aktivitas seks yang diekspos berlebihan. Aku suka caranya bercerita.
Penulis adalah perancang kisah. Itu artinya, penulis harus memikirkan bagaimana tokoh ini menjalani hidupnya, bagaimana ia bertemu dengan tokoh lainnya, dan sebagainya. Dan aku mengakui kemampuan Mbak Indah Hanaco sebagai penulis. Ia merancang kisah Avril tanpa terlihat seperti susunan kebetulan demi kebetulan. Begitu mengalir hingga aku seperti bisa melihat sendiri kehidupan Avril dalam kehidupan nyata.
Novel ini banyak berisi ungkapan perasaan Avril yang penuh kebencian pada papanya dan pada kegilaannya menjalani hidup. Dialog-dialog yang ada di dalamnya juga berisi dan mencerminkan karakter tokoh. Dan aku paling suka saat Avril bersama Aidan, manisnyaaaa.
Quote yang aku suka:
- Menangis adalah ketidaksopanan. Menangis menjadi tanda ketidakikhlasan menerima goresan pena Sang Pemilik Kehidupan. (hal 65)
- Pengalaman mengajarkan, untuk bertahan hidup kita harus membuang rasa takut dan malu. Itu melemahkan. (hal 96)
- Biasanya perempuan sangat sering merasa "terancam" dengan kehadiran perempuan lainnya, apalagi yang mempunyai kelebihan fisik. Tapi perempuan kerap tidak mau mengakui. (hal 116)
- Segala hal yang berbau "pertama" sudah tentu mampu menarik minat yang lebih besar. (hal 169)
- Kita hidup di hari ini, jadi pikirkanlah untuk hari ini dulu. Tidak perlu menebak-nebak apa yang belum pasti. Itu cuma membuatmu capek. (hal 229)
Kekurangan novel ini? Kurang tebal! Sehingga kisah tentang alasan keputusan Mirza dan papanya untuk mengakhiri hidup tidak begitu jelas (hanya menurut sudut pandang Avril). Tetapi mungkin penulisnya memiliki pertimbangan sendiri mengapa tidak mencantumkan perasaan mereka berdua saat mengambil keputusan tersebut, seperti misalnya: membiarkan itu menjadi misteri.
Aku jatuh cinta dengan Avril, Aidan, Prue, serta keseluruhan kisah dalam novel "Black Angel" dan memberinya 4 bintang dari 5 bintang yang aku punya ^^
Untuk kalian yang suka dengan cerita kelam namun juga manis, aku rekomendasikan untuk membacanya.
* Novel ini adalah salah satu hadiah kontes foto #PreWedRush. Terima kasih Stiletto Book ^^
Post a Comment
Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D