[FF Cinta Pertama] Di Rumah Mbah Yut, Aku Jatuh Cinta

image source: here

16 tahun usiaku. Dan selama itu pula aku hidup di tengah ramainya ibu kota, dengan kemudahan mendapatkan apapun yang aku butuhkan. Semua ada. 

Tapi liburan sekolah tahun ini, ayah menjanjikan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang tak akan bisa kudapatkan di kota. Sesuatu yang damai, tenang, dan akan membuatku betah berlama-lama. Berlibur di tempat mbah buyutku. Ibu dari mbahku. Dan aku belum pernah ke sana sebelumnya.

Mobil kami berhenti di depan sebuah rumah joglo yang diapit oleh pohon mangga di kedua sisinya. Teduh. Ayah benar. Tempat ini membuatku jatuh cinta sejak pertama kali melihatnya. Rasa kesal akibat lamanya perjalanan kami tadi, ditambah badan yang terkocak karena melewati banyak jalanan berbatu, seketika luruh. 

"Mbah." Ayah berjalan cepat menghampiri mbah buyutku yang sudah menunggu di teras. 

Aku menyusul di belakang. Ku cium punggung tangannya.

"Ini Dilla? Wah, kamu sudah besar, nduk." 

"Iya, mbah yut." Mbah yut adalah singkatan dari mbah buyut. Ayah yang tadi mengajarkan untuk memanggilnya begitu.

"Ayo, ayo, mlebu, mbah yut wis masak buat kalian," ujar mbah yut seraya berdiri dan menggandengku masuk ke rumah. 

Sebakul nasi yang asapnya masih mengepul, semangkuk sayur asem, satu piring berisi beberapa ekor lele goreng, dan sambel terasi yang masih dengan cobeknya, menyambut kami di atas tikar yang digelar di tengah ruangan. 

"Ini mbah yut masak sendiri?" Aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku. 

"Iyo, nduk. Wis biasa. Ayo podho cuci tangan sik ning mburi!"

Mbah yut adalah orang berusia di atas 90 tahun pertama yang aku lihat masih segar. Langkahnya pun mantap, walaupun sedikit membungkuk. Dan jika melihat masakan sebanyak ini yang ternyata dimasaknya seorang diri, aku benar-benar harus mengakui kekuatannya. Apa ya rahasianya?

"Jangan banyak-banyak, mbah yut," protesku saat mbah yut bersikeras mengambilkanku nasi, padahal aku sudah bilang aku bisa mengambilnya sendiri.

"Ayo, ndang dimakan, nduk!" seru mbah yut ketika melihatku mematung memandangi nasi dengan porsi kuli, lele goreng, dan sayur asem yang bertumpuk sedemikian rupa di piringku.

Suapan pertama, dan aku mengerjap senang. "Ini mah makanan di mal kalah jauh!" Tiba-tiba aku ingat restoran-restoran di mal yang berlabel masakan tradisional jawa dengan bandrol harga yang mahal.

"Lelenya gurih banget, mbah. Boleh ambil lagi?" 

Mbah yut tersenyum kemudian mengangguk. Ayah sampai geleng-geleng kepala, mungkin heran melihat selera makanku yang tak seperti biasa. 

"Mau jalan-jalan?" tanya mbah yut setelah kami selesai makan dan peralatan makan sudah dibereskan.

"Mau! Mau!" jawabku bersemangat.

Aku berjalan di sisi mbah yut, mengamit lengannya. Tidak sampai 5 menit, kami sudah sampai di depan hamparan sawah hijau yang sangat luas. 

"Ini sawah mbah yut?" 

Mbah yut tertawa. "Bukan, nduk. Ini punya tetangga. Kalau punya mbah yut, yang itu!" Mbah yut menunjuk kolam besar dengan air keruh berwarna kecoklatan di seberang sawah. 

"I-itu kolam lele? Lele yang tadi kita makan dari situ?" Bukan! Aku bukan takjub pada luasnya kolam. Melainkan orang yang kepalanya menyembul di balik bilik anyaman bambu di pinggir kolam. 

"Te-terus orang itu ngapain, mbah yut?"

Mbah yut tertawa. "Ya buang hajat."

"Ta-tapi i-itu kan langsung masuk ke kolam." Tiba-tiba isi perutku mendesak kembali ke tenggorokan dan hendak keluar. 

*************************************************************************************************************************

*nduk = sebutan untuk anak perempuan
 wis = sudah
 mlebu = masuk
 Iyo, nduk. Wis biasa. Ayo podho cuci tangan sik ning mburi = Iya, nak. Sudah biasa. Ayo semua cuci tangan dulu di belakang
 ndang = lekas

*498 kata, belum termasuk judul dan catatan kaki.

8 komentar

Hehehe, ga apa apa, sih, kalo enak :D

Reply

kan udah disterilisasi di dalam perut lele :D

Reply

Anin, aku nominasikan Liebster Award untuk blog kamu. Cekidot: http://pandoraque.blogspot.com/2014/05/liebster-award-2014.html :D

Reply

eng... aku pun sebenernya suka lele. #eh

Reply

eh, iya ya mas?
*garuk-garuk kepala*

Reply

ha? terima kasih ya...
nanti aku coba buka ya :D

Reply

cinta pertama pada lele yang kandas. huahahahahaha....
Nice idea, Dit :)))))

Makasih ya, udah ikutan :D

Reply

hihihi ya begitulah
sama-sama Mbak Ra.
senang bisa ikut meramaikan :)

Reply

Post a Comment

Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D