Parcel Terakhir (Sepertinya)

“Ngapain sih sayang, kok nongkrong di ruang tamu tiap hari?”

“Nggak tiap hari juga kali ma. Baru 4 hari ini kan. Nungguin kurir antar parcel nih. Mama kayak nggak tahu aja.”

Beginilah kebiasaanku beberapa hari menjelang Lebaran. Menunggu kurir yang  mengantarkan parcel bertuliskan: Selamat Hari Raya Idul Fitri dari Rendra – mantan kekasihku.

Sudah 6 tahun ini aku dan Rendra saling berkirim parcel seperti itu menjelang Lebaran. Kebiasaan semenjak kami pacaran. Meskipun kami sudah tidak lagi menjadi sepasang kekasih sejak 3 tahun yang lalu, tetapi kebiasaan ini tidak hilang begitu saja. Menjaga silaturahmi, begitu kata Rendra.

Aku menurut saja. Lagipula aku senang melakukannya. Dengan begini, aku masih bisa berharap hubungan kami terjalin seperti dulu. Merangkai mimpi bersama dan menjalani hari-hari bersama.

Ternyata hari ini kurir yang aku tunggu belum juga datang. Tak apa-apa. Besok aku tunggu lagi.

”Ada bingkisan untuk Mbak Nurul,” ujar kurir itu sambil memperlihatkan struk berisi nama lengkap dan alamatku. Ini dia! Akhirnya datang juga.

“Oh iya benar. Saya sendiri.” Aku menerima parcel itu dengan hati yang melonjak gembira. Setelah menandatangani struk dan mengucapkan terima kasih pada kurir, parcel itu aku bawa masuk ke dalam rumah.

Parcel itu terhitung paling besar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Berisi coklat beragam bentuk dan kemasan. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang berisi kue kering atau makanan ringan kemasan khas Lebaran.

Selain isi parcel yang berbeda dari biasanya, ada sesuatu yang lain yang mencuri perhatianku. Amplop pink yang dilekatkan pada plastik bening yang membungkus parcel pada bagian depan. Aku segera membukanya. Tidak sabar sekali mengetahui kata-kata apa yang Rendra susun untukku.

 “Kenapa begini Rendra?” Helaan nafasku berat sekali saat membaca isi dari amplop pink tersebut yang ternyata adalah undangan pernikahanmu.

Rendra Yudhistira dan Dian Purnamasari.

Akankah ini menjadi parcel terakhir darimu untukku?

Post a Comment

Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D