Kalian tahu mana batasan gila dan waras? Aku tidak.
Lalu
bagaimana kalian tahu kalau seseorang itu gila atau seseorang itu
waras? Apakah jika ia melakukan hal-hal di luar kebiasaan orang normal,
seperti tertawa/menangis tanpa sebab, berbicara berputar-putar dan tidak
masuk akal, atau menari tanpa henti seolah tak ada orang yang
mengamati, maka kalian akan menyebutnya gila? Lalu yang bagaimana yang
bisa disebut waras?
Aku yakin tidak
ada yang mau disebut gila. Semua orang menganggap
dirinya sendiri waras. Lalu mengapa menuding orang lain itu gila hanya
karena ia berkelakuan yang menurut kalian aneh?
Aku adalah orang gila. Kata mereka.
Dan aku bosan.
Aku ingin berlari bebas di halaman, tapi tak bisa.
Aku ingin pergi ke pantai dan bermain air di sana, tapi itu juga tak bisa.
Karena rumahku dan hidupku ada di kamar ini. Sendiri.
Tapi aku tidak terlalu kesepian. Di sini ramai. Aku masih bisa mendengar teriakan papa dengan sangat jelas. Aku masih bisa mendengar tangisan mama yang meraung-raung. Aku masih bisa mendengar benda-benda yang terbanting dan pecah. Aku bisa mendengar semuanya.
Sayangnya, tak ada yang mau mendengarku. Karena aku gila, menurut mereka.
Aku tidak gila!
Saat itu aku
hanya meneriakkan apa yang ada di kepalaku, seperti papa. Aku hanya
menangis meraung-raung seperti mama. Dan aku hanya meraih benda-benda
keramik di rumah lalu membantingnya agar bunyi gaduh memenuhi ruangan.
Bukankah itu wajar? Lalu mengapa mereka mengikatku dalam kamar?
Apakah kalian tahu?
Apakah kalian tahu?
**********************************************************************************************************************
* 231 kata
* terinspirasi dari puisi:
Tentang Seseorang
Aku lari ke hutan, kemudian menyanyiku
Aku lari ke pantai, kemudian teriakku
Sepi-sepi dan sendiri
Aku benci
Aku ingin bingar,
Aku mau di pasar
Bosan aku dengan penat,
Dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika ku sendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai, biar mengaduh sampai gaduh,
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih,
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya, biar terdera
Atau aku harus lari ke hutan belok ke pantai?
enyah saja kau pekat
seperti berjelaga jika kusendiri
bosan aku dengan penat
13 komentar
Aku jadi ingat novelnya oki madasari 'pasung jiwa' pas baca ini hehehe
Replyaku juga suka banget sama novel itu.
Replybisa jadi sih kebawa-bawa.
tapi pas nulis ini malah gk kepikiran sama novel itu hehe.
Suka Dit :)
Replymakasih mbak ra.
Replyaku juga suka #eh
jadinya.... semuanya gila :D
ReplyNice. :))))
Reply*bingung mau komen apa lagi* :D :D :D
hahaha bisa jadi bisa jadi.
Replymakasih mbak isti :*
Replyih sedih :(
Replyiya :(
Replyowh....
Replybagus!
:)
Wow, dari puisi bisa jadi cerpen.. Keren...
Replyhihihi
Replymakasih :D
Post a Comment
Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D