(image source: here) |
Ia sangat membenci hujan. Bahkan ketika awan berubah perlahan menjadi gelap dan semakin menyembunyikan matahari, ia sudah sedemikian paniknya. Ia tidak suka ketika aktivitasnya terganggu, karena air yang memercik di setiap langkahnya. Jas hujan dan payung adalah benda-benda menyebalkan yang tetap tidak bisa menolong pada kebenciannya akan hujan.
Itulah mengapa ia sangat bersikeras mempelajari bagaimana cara mencegah hujan turun ke bumi. Tetapi kemudian ia menyadari bahwa hal itu tidak mungkin. Bumi bukanlah globe atau atlas yang permukaannya dapat tersentuh semua dengan merentangkan satu telapak tangan.
Kemudian muncullah ide untuk memindahkan hujan ke kota seberang. Beragam cara ia gunakan. Bahkan ia sempat berguru pada pawang hujan. Tetapi cara itu justru berujung kesal. Derasnya undangan pernikahan membuat gurunya, si pawang hujan menjadi sibuk, sehingga menelantarkannya sebagai anak didik.
Ia pun mencari cara lain. Dan terbersitlah sebuah cara, yaitu meniup awan gelap agar berpindah ke kota seberang.
Hari-hari ia habiskan untuk melatih kemampuannya dalam meniup dengan kencang dan kuat. Setelah berminggu-minggu berlalu, ia merasa sudah sangat siap untuk mempraktekkannya.
Seperti sebuah ajang balas dendam, ketika awan sudah mulai gelap, tetapi hujan belum juga datang, ia memanjat sebuah menara. Ia sengaja mencari tempat tertinggi. Tujuannya adalah agar semakin dekat dengan langit, tempat bernaungnya awan-awan gelap penampung hujan itu.
Sampai di puncak menara, ia menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Begitu terus hingga merasa cukup sebagai pemanasan.
Gerimis mulai turun. Ia kesal. Belum juga melancarkan usahanya, titik-titik air hujan sudah mulai membasahi dirinya. Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, ia mengambil napas sangat dalam, kemudian dengan penuh keyakinan, ia meniupkan angin dari dalam mulutnya kuat-kuat ke arah awan hitam.
JDER!
Sebuah petir menyambar menara. Tubuh gadis itu terpelanting karenanya. Selama ini ia hanya mempelajari bagaimana cara meniup awan hitam tetapi lupa bahwa petir menjadi satu paket dengan hujan dan ia belum mempelajari cara untuk menangkalnya.
12 komentar
Saya menyukai hujan. Jadi tertarik dengan judulnya tadi hehehe.
ReplyWah lain kali harus belajar sepaket sekalian tuh jangan setengah2 :p
Dan setelah dibaca lagi, aku baru ngeh kalau salah judul. Seharusnya Peniup Awan hehe. Semoga masih tetep suka sama ceritanya :)
ReplyBener! Belajar mah jangan setengah-setengah.
haha. kasian, gara-gara belajar otodidak, gak dianggap sama gurunya. jadi salah belajar tuh..
ReplySeharusnya sabar aja ya nungguin si pawang hujan sepi job hahaha.
ReplyIdenya kerennnn!!
ReplyTapi terlalu telling ;)
Hampir ga ada kesan setelahnya. Padahal cukup brillian loh idenya :D
Keep writing!!
Kadang masih ada ketakutan pembaca gk nangkep maksud yg aku tulis mbak. Makanya kadang-kadang nulisnya berusaha sejelas-jelasnya. Tp malah jd gk berkesan ya?
ReplyHihihi makasih mbak koreksinya. Bakal belajar lagi :)
Judulnya menarik..tinggal dikembangkan lagi mengenai isi-nya biar lebih bermakna dan meinggalkan kesan untuk pembaca :)
ReplySiap laksanakan mbak!
ReplyTerimakasih ya untuk sarannya :)
akhirnya saya nemu blog yang hobi posting cerita.. saya jg lagi latihan, tp baru 1 cerpen yg dibuat.. lumayan bisa sama2 belajar :)
Replygood posting, tapi kayaknya terlalu to the point mba.. kalau diceritakan lagi lebih detail saat ia belajar, rintangan2nya, wah kayaknya saya bakal lebih ketarik ke dunia ceritanya.. tadi kesannya udah ketarik eh tiba2 selesai hehe.. tapi bagus kok, keep posting terus ya mba..
mampir ke blog saya juga ya, rainbowmaniswriting.blogspot.com
Mau kenal dgn lebih banyak blogger yg suka bikin flash fiction? Gabung sama MFF aja. Coba buka ini: http://mondayflashfiction.blogspot.com/p/about-us.html
ReplyAh iya, uda 3 ni yg bilang terlalu telling. Memang harus diperbaikin. Wah, sarannya boleh juga tuh. Dibuat lebih detail dan ditambahin konfliknya. TARA! Jadilah novel. Semoga bisa hehe.
Meluncur deh ke sana...
haha kesamber petir :D ternyata dia lupa belajar ilmu penangkal petir B)
Replyiya makanya kalau belajar jangan setengah-setengah :D
ReplyPost a Comment
Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D