“Ayah, aku
juga mau ikutan bikin.” Aku merengek pada ayah yang sedang mengisi anyaman
kotak khas Lebaran itu dengan beras. Sedari tadi aku hanya memperhatikan tangan
terampil ayah menganyam daun-daun panjang berwarna hijau muda yang baru-baru
ini aku tahu bernama janur. Hasil anyaman ayah sangat rapi.
Ayah
mengelus rambutku halus. “Nanti ya, kalau kamu sudah agak besar.”
“Kenapa
nggak sekarang saja ayah?”
“Janurnya
cuma sedikit sayang. Nanti kalau janurnya banyak yang rusak, Lebaran besok opor
tahu ibu nggak ada temennya dong.”
“Terus
kapan aku boleh belajar bikin itu yah?”
indonesiarayanews.com |
Aku
menurut. Kulanjutkan memperhatikan pekerjaan ayah mengisi beras. Dalam hati aku
bertekad akan banyak makan agar tinggiku cepat bertambah. Sehingga tak perlu
menunggu tahun depan atau 2 tahun lagi untuk bisa menagih janji ayah.
***
“Ayah, coba
lihat! Aku sudah bisa membuat anyaman kotak ini. Sama rapinya dengan punya
ayah.”
Kuletakkan
anyaman janur berbentuk segiempat itu di atas nisan ayah.
Ayah pergi
lebih cepat. Sebelum tinggi badanku mencapai target. Sebelum sempat mengajariku
membuat benda khas Lebaran ini.
“Sekarang aku
tahu mengapa ayah menunda mengajariku. Bukan karena tinggi badanku yang kurang
kan yah? Tapi karena saat itu keuangan kita memang sedang sulit. Sehingga ayah hanya
mampu membeli sedikit janur untuk dijadikan beberapa benda ini. Tidak apa-apa
ayah. Aku mengerti.”
Post a Comment
Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D