Hati di Pulau Seberang

Memang benar cinta mampu mengaburkan jarak ribuan kilometer. Setidaknya itu yang aku rasakan 2 tahun ini. Menjadi seseorang yang mendampingimu dalam semu. Hati kita saja yang seolah menjadi satu, padahal  rentang waktu selama itu, hanya beberapa kali kita bertemu.
Pulau jauh di seberang adalah saksi bisu. Aku menginjakkan kaki di sana setengah tahun yang lalu. Bertemu hatiku yang kupercayakan padamu. 
Melihatmu tersenyum, mendengar suara beratmu, mengingat kebiasaanmu mengacak rambutku, dan semua hal yang aku dapatkan langsung ketika kamu di sisiku, selalu menjadi bekal saat aku kembali ke kotaku. 

Bukan bekal untuk diingat secara manis. Bukan bekal yang mampu membuatku tersenyum geli. Tetapi bekal yang membuatku harus menangis saat kuingat kamu jauh dari sisi. Bekal untuk mengingatkanku bahwa hubungan ini cukup mengerikan. Ya! Mengerikan. Aku sampai tak memiliki kata yang lebih sederhana untuk menggambarkan.

Sekarang, aku sedang dalam perjalanan menuju kota seberang. Hendak menilik hatiku yang masih saja kutitipkan padamu. 

"Masih jauh ya pak?"

"Yaelah non. Kita baru 10 menit keluar rumah. Bandara saja masih 15 menit lagi perjalanan. Non nggak sabar ya ketemu Mas Rian?" Pak Wardi, sopir keluargaku tersenyum meledekku.

Benar pak, aku tidak sabar sampai di pulau seberang.

Kupandangi jalanan yang kulalui menuju bandara. Nanti pun akan kunikmati hamparan laut di bawah pesawat yang membawaku mengangkasa. Karena aku rasa ini perjalanan terakhirku menuju kesana. Hatiku akan kubawa kembali saja.

Post a Comment

Heiho! Salam kenal.
Kritik di sini boleh lho. Saran malah lebih boleh lagi. Asal jangan SARA ya.
Terima kasih :D